Penyakit GBS adalah salah satu jenis penyakit autoimun, dimana sistem daya tahan tubuh salah mengenali‘ bagian tubuh normal sebagai substansi asing yang harus diserang dan dimusnahkan.
Pada penderita penyakit GBS atau Guillain Barre Syndrome, bagian tubuh yang diserang oleh sistem daya tahan tubuh adalah sistem saraf perifer, lebih tepatnya lagi lapisan mielin / myelin pada sel schwann yang merupakan penyusun utama sel saraf.
Penyerangan oleh sistem daya tahan ini akan menyebabkan terjadinya demyelinasi atau penguraian myelin, padahal myelin berfungsi sebagai selubung yang berguna untuk meningkatkan kecepatan impuls / pesan dari bagian tubuh lain ke sistem saraf pusat. Dengan rusaknya myelin menyebabkan komunikasi antara sistem saraf pusat dan bagian tubuh lain menjadi terhambat secara signifikan. Sebagaimana diketahui bahwa hampir sebagian besar fungsi tubuh dikelola oleh sistem saraf pusat yang disampaikan melalui sistem saraf perifer, apabila proses ini terhambat, maka fungsi tubuh tidak akan berjalan secara normal.
Gejala GBS
Gejala awal GBS meliputi berbagai tingkat sensasi kelemahan atau kesemutan di kaki. Dalam banyak kasus sensasi kelemahan dan abnormal menyebar ke lengan dan tubuh bagian atas. Gejala ini dapat meningkat intensitasnya sampai otot-otot tertentu tidak dapat digunakan sama sekali hingga pasien hampir sepenuhnya lumpuh. Sebelum itu, 4 sampai 6 minggu sebelumnya pasien akan didahului oleh infeksi seperti diare, demam atau radang tenggorokan.
Penyebab GBS
Tidak ada yang mengetahui dengan pasti penyebab Guillain-Barre Syndrome. Yang diketahui ilmuwan sampai saat ini adalah bahwa sistem daya tahan tubuh menyerang tubuhnya sendiri dan menyebabkan suatu penyakit yang disebut sebagai penyakit autoimun. Umumnya sel-sel daya tahan tubuh ini menyerang benda asing dan organisme pengganggu; namun pada GBS, sistem daya tahan tubuh mulai menghancurkan selubung myelin yang mengelilingi akson saraf perifer, atau bahkan akson itu sendiri.
Terdapat sejumlah teori mengenai bagaimana sistem imun ini tiba-tiba menyerang saraf, namun teori yang dikenal adalah suatu teori yang menyebutkan bahwa organisme (misalnya infeksi virus ataupun bakteri) telah mengubah keadaan alamiah sel-sel sistem saraf, sehingga sistem daya tahan tubuh mengenalinya sebagai sel-sel asing. Organisme tersebut kemudian menyebabkan sel-sel daya tahan tubuh, seperti halnya limfosit dan makrofag menyerang myelin. Limfosit T yang tersensitisasi bersama dengan limfosit B akan memproduksi antibodi melawan komponen-komponen selubung myelin dan menyebabkan destruksi dari myelin.
Akson adalah suatu perpanjangan sel-sel saraf, berbentuk panjang dan tipis; berfungsi sebagai pembawa sinyal saraf. Beberapa akson dikelilingi oleh suatu selubung yang dikenal sebagai myelin, yang mirip dengan kabel listrik yang terbungkus plastik. Selubung myelin bersifat insulator dan melindungi sel-sel saraf. Selubung ini akan meningkatkan baik kecepatan maupun jarak sinyal saraf yang ditransmisikan. Sebagai contoh, sinyal dari otak ke otot dapat ditransmisikan pada kecepatan lebih dari 50 km/jam.
Myelin tidak membungkus akson secara utuh, namun ada sela diantaranya, yang dikenal sebagai Nodus Ranvier; dimana daerah ini merupakan daerah yang rentan diserang. Transmisi sinyal saraf juga akan diperlambat pada daerah ini, jadi semakin banyak terdapat nodus ini, transmisi sinyal akan semakin lambat.
Pada penderita penyakit GBS, terbentuk antibodi atau immunoglobulin (Ig) sebagai reaksi terhadap adanya antigen atau partikel asing yang masuk didalam tubuh, seperti bakteri ataupun virus. Antibodi yang bersirkulasi dalam darah akan mencapai myelin serta merusaknya dengan bantuan sel-sel leukosit sehingga terjadi inflamasi pada saraf. Sel-sel inflamasi ini akan mengeluarkan sekret kimiawi yang akan mempengaruhi sel Schwan, yang seharusnya membentuk materi lemak penghasil myelin. Dengan merusaknya, produksi myelin akan berkurang, sementara pada waktu bersamaan, myelin yang ada telah dirusak oleh antibodi tubuh. Seiring dengan serangan yang berlanjut, jaringan saraf perifer akan hancur secara bertahap. Saraf motorik, sensorik, dan otonom akan diserang; transmisi sinyal melambat, terblok, atau terganggu; sehingga mempengaruhi tubuh penderita penyakit GBS. Hal ini akan menyebabkan kelemahan otot, kesemutan, kebas, serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk berjalan. Untungnya, fase ini bersifat sementara, sehingga apabila sistem imun telah kembali normal, serangan itu akan berhenti dan pasien akan kembali pulih.
Jenis Jenis GBS
GBS dapat dibedakan berbagai jenis tergantung dari kerusakan yang terjadi. Bila selubung myelin yang menyelubungi akson rusak atau hancur , transmisi sinyal saraf yang melaluinya akan terganggu atau melambat, sehingga timbul sensasi abnormal ataupun kelemahan. Ini adalah tipe demyelinasi; dan prosesnya sendiri dinamai demyelinasi primer. Akson merupakan bagian dari sel saraf 1, yang terentang menuju sel saraf 2. Selubung myelin berbentuk bungkus, yang melapisi sekitar akson dalam beberapa lapis.
Pada tipe aksonal, akson saraf itu sendiri akan rusak dalam proses demyelinasi sekunder; hal ini terjadi pada pasien dengan fase inflamasi yang berat. Apabila akson ini putus, sinyal saraf akan diblok, dan tidak dapat ditransmisikan lebih lanjut, sehingga timbul kelemahan dan paralisis pada area tubuh yang dikontrol oleh saraf tersebut. Tipe ini terjadi paling sering setelah gejala diare, dan memiliki prognosis yang kurang baik, karena regenerasi akson membutuhkan waktu yang panjang dibandingkan selubung myelin, yang sembuh lebih cepat.
Tipe campuran merusak baik akson dan myelin. Paralisis jangka panjang pada penderita diduga akibat kerusakan permanen baik pada akson serta selubung saraf. Saraf-saraf perifer dan saraf spinal merupakan lokasi utama demyelinasi, namun, saraf-saraf kranialis dapat juga ikut terlibat.